Rabu, 21 November 2012

KARYAKU


   Drama tema berbuat baik untuk membahagiakan orang lain

                   TULUSNYA SEORANG NENEK TUA 
   Di suatu desa yang terpencil hiduplah seorang nenek tua yang hidup sebatang kara, yang tinggal di rumah gubuk yang sudah tua, beliau adalah sumiati seorang nenek yang taat kepada tuhan–nya, beliau selalu memohon kepada Allah, agar pada saat beliau menghembuskan nafas terakhirnya, di saat itu ada seseorang yang menemaninya untuk menuntun ia membaca syahadat.
   Matahari-pun berada tepat di atas kepala. Teriknya teramat panas, sungguh cuaca yang sangat buruk. Siang itu mukjizat-pun datang pada nenek sumiati. Beliau mendengar suara tangisan anak kecil yang sangat malang, nenek suamiti-pun dengan gegas mencari suara tangisan itu, dengan kagetnya terdapat seorang bayi di depan pintu rumah nek sumiati. Bayi itu sangat lucu sekali dan terdapat sebuah kertas kecil yang berisi pesan singkat, sayangnya nek suamiti buta huruf, pantas saja karena beliau tidak pernah bersekolah sepanjang hidupnya. Nek sumiati-pun kebingungan, apakah harus memberitaukan pada penduduk  desa setempat  atau menyimpan rahasia itu rapat-rapat, tak tinggal diam nek sumiati-pun meminta petunjuk pada Allah agar beliau tau bagaimana yang harus beliau lakukan,” ya Allah hamba sungguh bingung harus bagaimana, apakah ini sebuah titipanmu, untuk hamba jaga benar-benar anak ini sampai ia tumbuh  menjadi dewasa? Berilah hamba petunjukmu ya tuhanku (ucap nenek sumiati sambil meneteskan air matanya)”.  Malam harinya bayi itu kelaparan ia tidak henti-hentinya menangis, sampai-sampai terdengar di telinga tetangga sekitar rumah gubuk nek suamiati, nek sumiati bingung harus beri makan apa anak itu, ASI dari nenek sumiati-pun sudah tak bisa lagi untuk digunakan karena ia sudah tua. Semua warga yang terdengar suara tangisan itu mendatangi rumah gubuk nek sumiati, mulanya semua warga tidak tau asalnya suara tangisan bayi itu karena di desa tersebut tidak ada satupun orang yang melahirkan bayi, dengan tampang yang sangat marah warga mengetuk pintu rumah gubuk nek sumiati, nek sumiati-pun keluar dengan menggendong bayi yang ia beri nama yasmin itu, semua warga terkejut,            
“ternyata suara bayi itu dari rumah nenek, siapa anak yang sedang kamu gendong itu?  Kamu mecuri anak orang ya? (ucap warga)”.                                                                                                                             
“bukan, ini anak keponakan nenek, ia menitipkan bayi ini ke nenek,karena kedua orang tuanya sekarang sedang pergi ke arab Saudi menjadi TKW (ucap nenek sumiati sambil tersendu-sendu)”.   
“nenek kenapa tidak lapor dulu, kalau nenek akan merawat bayi itu di desa kita ini, kami terasa terganggu sekali dengan tangisan bayi itu, yang sudah mengganggu  tidur kita semua (ucap salah satu warga)”.                                                                                                                                                      “iya nak maafkan nenek, yang sudah mengganggu tidur kalian semua, nenek akan tenangkan bayi ini agar tidak menangis lagi . (ucap nenek sumiati)”                                                                                             “sudah tua ko mau-maunya dititipin bayi ! (ucap semua warga yang sedang marah)”. 
walaupun harus menerima caci makian dari semua warga sekitar bu sumiati tetap tegar dan bersabar .Nek sumiati mau tidak mau membohongi semua warga dengan harapan bayi itu tidak di berikan ke orang lain, tetapi ada seorang wanita menyampiri nek sumiati namanya lestari ia    berhati dermawan  dan sering sekali menolong nek sumiati.                                                                                                                             “nek, bayi itu lapar dia memerlukan ASI, (ucap lestari)”.                                                                                  “tapi ASI dari mana? ASI nenek-pun sudah tak berfungsi lagi (ucap nenek dengan wajah kebingungan)”.   
“lestari akan belikan ia susu kaleng nek (ucap lestari)”.                                                                          “terimakasih nak, kamu sudah banyak membantu nenek, semoga amal kebaikanmu di balas oleh Allah (kata nenek sumiati)”                                                                                                                                            “Amin nek (dengan tersenyum)”.
   Tak terasa yasmin kini sudah berumur  7 tahun, dengan pelayanan sekolah gratis di desa nek sumiati tinggal, nek sumiati tanpa banyak fikir menyekolahkan yasmin dengan harapan ia tidak akan seperti nek sumiati yang buta huruf dan tak berpenggalaman apa-apa dan juga dengan harapan bahwa jika yasmin besar dia tidak akan menyesal kelak ia menjadi dewasa. Semakin bertambahnya tahun pertumbuhan yasmin pun kini sudah remaja, usaha nek sumiati untuk menjadikan yasmin sebagai anak yang pintar pun tak sia-sia, yasmin lulus SMA dengan nilai yang sangat memuaskan ia menjadi siswi yang mendapatkan nilai tertinggi di sekolahnya, betapa senangnya nek sumiati setelah ia tau anak yang selama puluhan tahun yang dibesarkannya ,sekarang telah menjadi anak yang lebih dari harapan beliau. Dengan nilai yang memuaskan ia mendapat tawaran untuk melanjutkan sekolahnya  di salah satu universitas negri di Jakarta, tak mau menyia-nyiakan kesempatan itu yasmin-pun bertekad untuk kuliah di Jakarta dan meninggalkan nenek sumiati yang sudah tua itu.                                                                                                                                         “nek, yasmin mau mengejar cita-cita yasmin ke Jakarta, yasmin mau berkuliah disana, mumpung  ada salah satu universitas negri yang mau menerima yasmin di sana. (dengan wajah yang senang)”.                                          
“cu, kalau yasmin mau ke Jakarta nenek  tinggal sama siapa nak? Nenek tak punya siapa-siapa disini selain kamu, lagian di sana kamu tinggal di mana, kota Jakarta itu sangat kejam kata warga desa sini cu, nenek takut kamu kenapa-kenapa (ucap nenek sumiati)”.                                                                                     “aduuhh nek ngak usah lebay lah…., yasmin itu udah dewasa nek, dan ngak ada zamannya buat di atur-atur, apalagi di hawatirin kayak gini. Lagian kalau yasmin sukses di sana nenek juga kan yang seneng ( ucap yasmin dengan nada membujuk kasar)”.                                                                                                                 
“ tapi cu, (belum selesai berbicara)                                                                                               “ tapi apa? pokoknya yasmin mau ke Jakarta, yasmin itu capek nek tinggal di rumah gubuk tua ini, uda panas, kalau yasmin terus-terusan sama nenek, bisa-bisa nasib yasmin juga seperti nenek, yang hanya bisanya berdoa memohon siapa tau ada mukjizat datang, menghayal terlalu tinggi nek! ( membentak kasar)”.  
“yasmin kenapa kamu berubah seperti ini cu, ini nenek kamu nak, (dengan nada yang lembut)”.                        ” berani sumpah apa nenek ke yasmin, kalau yasmin itu memang cucu nenek?  (nada membentak)”.         
“ya Allah yasmin istiqfar cu, nenek akan jujur, nenek memang bukan nenek kamu ,nenek hanya orang yang merawat kamu dari kecil sampek besar begini, sebelum kamu meninggalkan nenek dan rumah gubuk ini, nenek akan memberikan sebuah surat, surat itu nenek temukan saat kamu masih bayi, saat pertama kali nenek menggendongmu (menjulurkan surat itu ke yasmin)”.                                                         
 
“ ternyata selama ini benar bahwa yasmin telah dibuang oleh kedua orang tua yasmin, kenapa nenek baru memberitau yasmin sekarang? (dengan wajah yang marah)”.                                                                    “nenek tidak mau cu liat kamu sedih ,  ada saatnya cu nenek beri tau tentang hal ini (ucap nenek)”.
“yasmin bukan cucu nenek! jangan panggil yasmin cucu lagi, surat ini udah ngak ada gunanya lagi yasmin udah tau semuanya, bahwa yasmin adalah anak yang dibuang oleh orang tua yasmin sendiri dan sialnya yasmin di temukan oleh nenek-nenek tua  rentah yang tak punya apa-apa dan hanya hidup di gubuk tua yang jelek ini. (membentak nenek sumiati)”.                                                                                               “ asstaqfirllah hal adzim, nenek tidak pernah mendidik kamu untuk seperti ini cu (dengan wajah yang sedih)”.                                                                                                                                       
“Udalah yasmin mau ke Jakarta, muak yasmin dengan ucapan nenek  rentah kayak kamu (meninggalkan nenek sumiati)”.
“yasmin… jangan tinggalkan nenek sendirian di sini cu, nenek sudah tak punya apa-apa lagi hanya kamu cu yang nenek punya (memegang kaki yasmin sambil memohon)”.
“aagghh lepasin (mendorong nenek sumiati)”.
   Tak terasa 3 tahun sudah nek sumiati hidup sendirian tanpa ada yasmin yang menemaninya , keadaan nenek sumiati yang sudah berumur tua menjadikan kesehatannya sudah tak seperti dulu lagi, nek sumiati semakin tak bisa untuk beraktifitas seperti biasa, beliau hanya bisa berjalan seperlunya saja seperti ke kamar mandi, untuk pergi ke sawah saja beliau sudah tak mampu lagi. Terdengar kabar  bahwa yasmin di Jakarta sekarang hidup menderita dan memiliki kedua mata yang cacat atau tidak bisa melihat lagi, karena peristiwa kecelakaan 1 tahun yang lalu, ia di PHK di tempat ia bekerja saat itu, pada saat perjalanan pulang saat ia mengendarai mobil dalam keadaan mabuk. Dan harta nya-pun sudah tidak tersisa lagi untuk membayar biaya oprasi dan membayar hutang-hutang yasmin. Mendengar cerita itu bahwa yasmin sedang menderita di kota yang kejam sana, nek sumiati meneteskan air matanya, karena usia nenek yang sudah tua dan tidak akan lama lagi mengghadap Allah, nenek sumiati berpesan bila beliau tidak sanggup untuk hidup lagi, canggkokan kedua matanya untuk yasmin, agar yasmin bisa melihat lagi betapa indahnya dunia milik Allah itu. Tidak lama setelah nek sumiati berwasiat, beliau menghembuskan nafas terakhirnya dengan tenang. Dan sesuai dengan permintaan nenek sumiati, yasmin akhirnya bisa melihat lagi, tetapi dia belum mengetahui bahwa yg memberikan mata untuk dia sebenarnya adalah nenek sumiati orang yang pernah yasmin maki-maki, orang yang sudah pernah menolong yasmin dan sekarang menolongnya lagi, orang yang telah rela mencangkokkan kedua matanya hanya untuk yasmin. Betapa tulusnya hati seorang nenek yang rela berkorban hanya untuk kebahagiaan orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar